WAHANANEWS.CO, Jakarta - Organisasi relawan nasional MARTABAT Prabowo-Gibran memberikan apresiasi penuh atas rencana strategis pembangunan jalan tol Samarinda–Bontang (Sambo) yang akan dimulai pada tahun 2028.
Proyek infrastruktur ini dinilai sebagai langkah konkret memperkuat konektivitas antarwilayah di Kalimantan Timur dan mendukung akselerasi pembangunan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Baca Juga:
Siapkan 4 Daerah Unggulan, MARTABAT Prabowo Gibran Sebut Cirebon Andalkan Sektor Wisata Dukung Percepatan Realisasi Kawasan Metropolitan Rebana
“MARTABAT Prabowo-Gibran melihat proyek Tol Sambo bukan sekadar infrastruktur fisik, tetapi fondasi penting dalam mengintegrasikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Kalimantan Timur dengan pusat pemerintahan baru di IKN,” demikian pernyataan resmi organisasi tersebut, Jumat (30/5/2025).
Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menilai bahwa proyek tol ini akan menciptakan dampak ekonomi multipel yang luar biasa, terutama dalam penguatan rantai pasok antarkota dan peningkatan efisiensi logistik.
Ia menyebut konektivitas jalan sebagai kunci utama dalam mewujudkan ekosistem kota cerdas dan berkelanjutan di IKN.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran: Penggunaan Arsitektur Suku Baduy di Gerbang Tol Serang–Panimbang Sangat Tepat untuk Dukung Budaya dan Wisata KEK Tanjung Lesung
“Pembangunan Tol Samarinda–Bontang adalah pernyataan komitmen negara terhadap pemerataan pembangunan. Ini bukan hanya soal menghubungkan titik A ke B, tetapi bagaimana jalan itu membuka peluang ekonomi, investasi, serta menciptakan mobilitas yang lebih manusiawi dan berkelanjutan,” ujar Tohom.
Tohom menjelaskan, wilayah pesisir seperti Bontang sangat bergantung pada jalur distribusi darat yang memadai agar sektor industri, perikanan, dan pariwisata lokal bisa tumbuh lebih optimal.
Dengan hadirnya tol ini, kata dia, kawasan-kawasan yang selama ini terpinggirkan dari arus utama pembangunan akan lebih terkoneksi dan berdaya saing.
“Bayangkan nilai tambahnya bagi nelayan, UMKM, dan sektor pariwisata pesisir. Jalan tol bukan sekadar beton dan aspal, tapi jalur peradaban yang akan mengangkat Kalimantan Timur sebagai episentrum ekonomi baru,” tegasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyampaikan pentingnya memastikan integrasi proyek Tol Sambo dengan masterplan aglomerasi Kalimantan Timur.
Menurutnya, konektivitas infrastruktur harus sejalan dengan pengembangan klaster-klaster ekonomi dan pusat pertumbuhan baru yang berbasis keberlanjutan.
“Kita tidak bisa bicara IKN sebagai kota masa depan kalau sistem transportasinya terfragmentasi. Tol Sambo harus terkoneksi secara sistemik dengan jalur logistik, pusat industri, permukiman, hingga simpul-simpul transportasi publik. Di sinilah pentingnya perencanaan yang visioner dan lintas sektor,” kata Tohom.
Ia mengungkapkan bahwa desain jalan tol harus ramah lingkungan dan menghindari dampak ekologis berlebih, terutama karena trase tol ini akan melintasi wilayah pesisir yang sensitif.
Ia mendorong agar proyek ini mengedepankan prinsip smart and green infrastructure.
“Dengan anggaran Rp15 triliun, kita harus menjamin proyek ini tidak hanya selesai tepat waktu, tapi juga memberi manfaat ekologis dan sosial yang besar. Otorita IKN dan Pemprov Kaltim harus menyusun kerangka pengawasan partisipatif agar pembangunan berlangsung transparan dan efisien,” ujarnya lagi.
Tohom menilai, pembangunan tol ini akan menjadi etalase utama komitmen pemerintahan Prabowo-Gibran dalam membangun Indonesia dari pinggiran dengan tetap menjaga keseimbangan antarkawasan.
MARTABAT Prabowo-Gibran, kata dia, akan terus mengawal pembangunan berbasis konektivitas ini agar menjadi warisan infrastruktur yang berkelanjutan dan inklusif.
“Visi Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai tanpa interkoneksi yang cerdas dan adil. Tol Samarinda–Bontang adalah langkah strategis ke arah itu,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]