Nusantara.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyatakan dukungan penuh terhadap strategi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang menjadikan desa wisata sebagai jantung ekonomi dan penggerak budaya lokal.
Menurut organisasi ini, konsep ini bukan hanya soal menghadirkan destinasi wisata, melainkan menciptakan fondasi ekonomi kreatif yang akan menopang keberlanjutan IKN di masa depan.
Baca Juga:
Penampakan IKN yang Jadi Ibu Kota Politik 2028 Dibocorkan NASA
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa kunci keberhasilan desa wisata di IKN adalah sosialisasi masif kepada masyarakat lokal.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan pembangunan fisik dan infrastruktur. Keterlibatan masyarakat adalah faktor penentu agar desa wisata benar-benar menjadi motor ekonomi yang hidup. Sosialisasi harus menyentuh langsung warga, memberi pemahaman bahwa mereka bukan sekadar penonton, tetapi pemain utama dalam ekosistem IKN,” ujarnya, Minggu (21/9/2025).
Tohom menilai, desa wisata mampu menghadirkan multiplier effect yang luas. Mulai dari UMKM, kerajinan tangan, kuliner lokal, hingga seni pertunjukan bisa mendapat ruang tumbuh.
Baca Juga:
Ibu Kota Nusantara Ditargetkan Jadi Pusat Politik Indonesia pada 2028, Begini Aturannya
“Kalau desa wisata dikelola secara profesional, dampaknya bukan hanya pada turis, tetapi juga pada daya hidup masyarakat asli Kalimantan. Mereka akan menjadi pelaku ekonomi yang mandiri, sekaligus penjaga budaya,” katanya.
Lebih lanjut, ia menggarisbawahi pentingnya model pembangunan yang inklusif. Menurutnya, pemerintah dan otorita IKN harus memastikan bahwa desa wisata tidak hanya menjadi etalase untuk pendatang, melainkan ruang pemberdayaan bagi warga lokal.
“Inilah momentum besar untuk memutus ketergantungan pada sumber daya alam tak terbarukan. Desa wisata bisa menjadi wajah baru ekonomi hijau dan berkelanjutan,” jelasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa pembangunan IKN tidak bisa dipandang hanya sebagai proyek urban modern, melainkan sebagai proyek aglomerasi sosial-ekonomi yang menuntut integrasi.
“IKN akan didatangi ratusan ribu penduduk baru. Kalau tidak dikelola dengan kearifan lokal, ada risiko ketimpangan. Desa wisata adalah cara elegan untuk menyeimbangkan modernitas dengan akar budaya,” tegasnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Seno Aji, menyampaikan bahwa desa wisata akan menjadi ujung tombak estetika dan ekonomi IKN.
Ia menilai Kalimantan Timur perlu mencontoh keberhasilan Bali dalam mengelola pariwisata secara profesional, serta mengajak pihak swasta, termasuk perusahaan tambang dan perkebunan, untuk menyalurkan CSR mereka demi mendukung desa wisata.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]