Lebih jauh, Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menambahkan bahwa pengembangan KKT bukan hanya urusan teknis pelabuhan, tetapi menyangkut tata ruang aglomerasi wilayah Kalimantan Timur.
“Pelabuhan adalah nadi aglomerasi. Tanpa logistik yang andal, konektivitas kawasan industri Balikpapan, Samarinda, hingga kawasan penyangga IKN akan timpang. Maka penguatan KKT harus dipandang sebagai strategi aglomerasi ekonomi, bukan proyek parsial,” tegasnya.
Baca Juga:
Atasi Isolasi Korban Bencana Alam, Rangka Jembatan Tiba di Nagan Raya Aceh
Tohom juga mengingatkan bahwa transformasi digital yang sudah dilakukan KKT, seperti sistem informasi terintegrasi dan elektrifikasi container crane, harus ditingkatkan lebih jauh.
“Digitalisasi ini bagus, tapi ke depan perlu ada dukungan penuh dari pemerintah pusat dalam hal kebijakan fiskal, regulasi, hingga kepastian investasi. Jangan sampai KKT menjadi bottleneck justru di saat IKN membutuhkan logistik tercepat dan terandal,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama KKT, Enriany Muis, menyebut pelabuhan ini telah berkontribusi signifikan terhadap perekonomian Kalimantan Timur melalui aktivitas bongkar muat antarpulau maupun ekspor-impor selama 13 tahun terakhir.
Baca Juga:
Antar Logistik ke Lokasi Bencana Aceh, TNI AU Kerahkan Pesawat A400M
Enriany juga menegaskan bahwa elektrifikasi crane di KKT sudah membantu mengurangi emisi, sejalan dengan visi pembangunan IKN yang berwawasan lingkungan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]