“Bayangkan nilai tambahnya bagi nelayan, UMKM, dan sektor pariwisata pesisir. Jalan tol bukan sekadar beton dan aspal, tapi jalur peradaban yang akan mengangkat Kalimantan Timur sebagai episentrum ekonomi baru,” tegasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyampaikan pentingnya memastikan integrasi proyek Tol Sambo dengan masterplan aglomerasi Kalimantan Timur.
Baca Juga:
Siapkan 4 Daerah Unggulan, MARTABAT Prabowo Gibran Sebut Cirebon Andalkan Sektor Wisata Dukung Percepatan Realisasi Kawasan Metropolitan Rebana
Menurutnya, konektivitas infrastruktur harus sejalan dengan pengembangan klaster-klaster ekonomi dan pusat pertumbuhan baru yang berbasis keberlanjutan.
“Kita tidak bisa bicara IKN sebagai kota masa depan kalau sistem transportasinya terfragmentasi. Tol Sambo harus terkoneksi secara sistemik dengan jalur logistik, pusat industri, permukiman, hingga simpul-simpul transportasi publik. Di sinilah pentingnya perencanaan yang visioner dan lintas sektor,” kata Tohom.
Ia mengungkapkan bahwa desain jalan tol harus ramah lingkungan dan menghindari dampak ekologis berlebih, terutama karena trase tol ini akan melintasi wilayah pesisir yang sensitif.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran: Penggunaan Arsitektur Suku Baduy di Gerbang Tol Serang–Panimbang Sangat Tepat untuk Dukung Budaya dan Wisata KEK Tanjung Lesung
Ia mendorong agar proyek ini mengedepankan prinsip smart and green infrastructure.
“Dengan anggaran Rp15 triliun, kita harus menjamin proyek ini tidak hanya selesai tepat waktu, tapi juga memberi manfaat ekologis dan sosial yang besar. Otorita IKN dan Pemprov Kaltim harus menyusun kerangka pengawasan partisipatif agar pembangunan berlangsung transparan dan efisien,” ujarnya lagi.
Tohom menilai, pembangunan tol ini akan menjadi etalase utama komitmen pemerintahan Prabowo-Gibran dalam membangun Indonesia dari pinggiran dengan tetap menjaga keseimbangan antarkawasan.